Program Studi Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) menggelar kegiatan Cross Culture Week yang melibatkan mahasiswa dari Prince of Songkla University, Thailand. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu (15/01/2025) dan berlangsung selama tiga hari, mencakup Public Lecture, study tour, dan ditutup dengan pertunjukan budaya pada jumat (17/01/ 2025) dan akan ada penampilan budaya yang bertujuan untuk memperkenalkan dan merayakan keberagaman budaya antar negara.
Kuliah Umum I: Multikulturalisme di Selatan
Topik: Multikulturalisme di Selatan
Pembicara:
- Dr. Bayatee Duraman
- Wardah Sadeeyamu
- Wimonrat Rattanayat
Moderator: Ms. Intan Firdaus, S.S., M.Hum
Diskusi tentang Pelestarian Multikulturalisme melalui Seni, Budaya, dan Media
Kuliah Umum I yang diselenggarakan baru-baru ini berfokus pada tema “Multikulturalisme di Selatan,” menghadirkan para pembicara dari Universitas Prince of Songkla, Thailand. Diskusi yang dipandu oleh Ms. Intan Firdaus, S.S., M.Hum, ini membahas bagaimana multikulturalisme di Thailand selatan dan Indonesia dapat dilestarikan melalui seni, budaya, dan media.
Thailand Selatan: Harmoni dalam Keragaman
Dr. Bayatee Duraman mengupas bagaimana multikulturalisme di Thailand selatan dirayakan melalui seni, kegiatan sosial, dan acara spiritual yang menekankan nilai-nilai bersama. Menurutnya, inisiatif-inisiatif ini mencerminkan warisan budaya yang kaya dan menunjukkan bagaimana keragaman dapat mendorong harmoni sosial.
Wardah Sadeeyamu menyoroti peran pemuda dalam melestarikan keragaman budaya di wilayah tersebut. Ia membahas program Layaniwat Street Arts yang melibatkan pemuda lokal untuk mengekspresikan budaya mereka melalui mural dinding. Inisiatif ini, katanya, tidak hanya mendorong kreativitas tetapi juga menyatukan pemuda dari berbagai latar belakang budaya, menciptakan rasa memiliki dan identitas bersama.
Wimonrat Rattanayat membahas peran pemerintah Thailand dalam mempromosikan multikulturalisme melalui desentralisasi, pembagian kekuasaan, dan pendidikan yang setara tanpa memandang agama atau etnisitas. Ia juga mengusulkan solusi seperti kolaborasi komunitas dan dialog antaragama untuk mengatasi tantangan keragaman.
Duta Besar Rusia Sampaikan Pentingnya Multikulturalisme dalam Kegiatan Cross Culture Week Prodi Sastra Inggris UNAS
Sergei menekankan bahwa keberagaman etnis, budaya, dan agama adalah salah satu kekayaan terbesar yang dimiliki oleh negara-negara multikultural, termasuk Rusia dan Indonesia. “Rusia adalah negara yang dihuni lebih dari 190 etnis dengan berbagai bahasa dan agama. Keberagaman ini tidak hanya memperkaya budaya, tetapi juga menjadi kekuatan dalam membangun masyarakat yang harmonis,” ujarnya.
Ia menyoroti peran penting pendidikan dalam memperkenalkan nilai-nilai multikulturalisme kepada generasi muda. “Di Rusia, kurikulum pendidikan mencakup pelajaran tentang budaya dan tradisi berbagai etnis untuk menanamkan rasa hormat terhadap keberagaman. Selain itu, seni dan budaya juga menjadi alat penting dalam diplomasi antarbudaya. Festival budaya, seperti pertunjukan balet dan pameran seni tradisional Rusia, kerap digelar untuk mempererat hubungan internasional”, paparnya.
Sergei juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional dalam mempromosikan multikulturalisme melalui program pertukaran pelajar dan diplomasi budaya. Ia menyampaikan bahwa globalisasi dapat membawa tantangan berupa dominasi budaya tertentu yang berpotensi mengikis identitas budaya lokal. Namun, melalui program-program yang menonjolkan keunikan budaya masing-masing negara, seperti adaptasi cerita rakyat menjadi film atau drama, serta pelibatan komunitas lokal dalam pengambilan keputusan budaya, tantangan tersebut dapat diatasi.
Sebagai penutup, Duta Besar Rusia untuk Indonesia tersebut menegaskan bahwa multikulturalisme merupakan nilai universal yang harus terus dipromosikan dan dipertahankan, terutama di negara-negara dengan keberagaman yang tinggi seperti Rusia dan Indonesia. “Keberhasilan pelestarian nilai-nilai ini membutuhkan pendidikan yang inklusif, promosi seni dan budaya yang berkelanjutan, serta kolaborasi lintas negara,” pungkasnya.
Kuliah ini menyimpulkan bahwa multikulturalisme di Thailand selatan membuktikan bahwa keragaman budaya dapat menjadi aset penting dalam menciptakan harmoni sosial. Dengan dukungan pemerintah dan partisipasi komunitas lokal, tantangan perbedaan bahasa, agama, dan tradisi dapat diatasi, menjadikan keragaman sebagai sumber kekuatan yang memperkuat ikatan sosial.
Dr. Bayatee Duraman menegaskan bahwa melalui seni, budaya, dan media, keragaman dapat diubah menjadi kekuatan yang membangun masyarakat inklusif dan harmonis.
Kepala Program Studi Sastra Inggris Universitas Nasional (UNAS) Dr. Siti Tuti Alawiyah, S.S., M.Hum juga mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural bukan hanya sekadar konsep, tetapi juga langkah nyata menuju terciptanya lingkungan yang harmonis dan inklusif, khususnya di dunia pendidikan. “Kegiatan ini dapat meningkatkan empati, keterbukaan pikiran, dan memperkuat hubungan di antara mahasiswa dari berbagai latar belakang,” ungkapnya.
Kegiatan Cross Culture Week Prodi Sastra Inggris juga menghadirkan 20 peserta mahasiswa dari Prince of Songkla University, Thailand pada Rabu (15/01) di Auditorium UNAS.
Dokumentasi kegiatan : https://drive.google.com/drive/folders/18L133xxvOkIS7JB82rfBbo6vHxZ0KsKw